Lato Lato di Hadapan Para Filosof
Lato Lato di Hadapan Para Filosof
Oleh: Abdul Alam al-Khoiri
Entah kapan dan bagaimana nama "Lato-Lato" itu muncul kembali setelah sekian lama ditelan masa. Akhir tahun ini, mainan Lato Lato cukup digandrungi oleh sebagian kalangan. mulai anak-anak hingga orang dewasa. bahkan beritanya, presiden kita sempat 'adu mekanik' bermain Lato Lato dengan Ridwan Kamil.
permainan yang viral di Amerika pada paruh abad ke-20 itu sebenarnya merupakan senjata yang digunakan orang argentina untuk menangkap guanaco. Dalam bahasa argentina, Lato Lato disebut dengan Boleadoras.
terlepas dari asal usul, cara bermain dan ajang 'adu mekanik' Lato Lato, sebenarnya apa yang membuat mainan The Bolas itu menjadi sangat disenangi? padahal untuk menjadi Master of Lato Lato, kita perlu mengorbankan banyak waktu, tenaga dan tangan yang dipeluk memar?
Namun demikian, tulisan ini tidak ingin menjawab pertanyaan itu. tulisan ini mengajak para pembaca untuk sadar bahwa belajar yang juga butuh pengorbanan seharusnya digandrungi oleh semua kalangan, khususnya para mahasiswa.
jika ingin ahli bermain Lato Lato butuh waktu yang lama, butuh pengorbanan rasa sakit dan dana, mengapa dalam belajar kita tidak menggunakan pola yang sama? artinya, belajar yang juga butuh waktu-tenaga, sakit—dan terkadang cinta, mengapa tak kian diminati bagi sebagian mahasiswa? mari kita berkaca pada Lato Lato, wahai agen perubahan, bukan agen kebodohan!
Posting Komentar untuk "Lato Lato di Hadapan Para Filosof"